Permisivisme - PERMISIVISME REMAJA TERHADAP KEHAMILAN PRANIKAH PADA SISWA SISWI SMK KOMPUTER KA (2023)

2.3.1 Pengertian Permisivisme

Menurut Hurlock (1999:94) pola asuh permisif tidak menggunakan aturan-aturan ketat bahkan bimbinganpun jarang sekali di berikan sehingga tidak ada pengendalian dan pengontrolan serta tuntutan kepada anak. Kebebasan diberikan penuh dan anak diijinkan membuat keputusan untuk dirinya sendiri tanpa pertimbangan orang tua dan boleh berperilaku menurut apa yang diinginkan tanpa ada kontrol dari orangtua. Kurang adanya arahan, baik yang berlaku dalam lingkungan keluarga maupun di lingkungan sosial, meskipun sengaja melanggar peraturan, tidak diberlakukan adanya hukuman. Orang tua yang membiarkan anaknya berbuat dengan sesuka hati dengan sedikit kekangan, memanjakan dan memenuhi kehendaknya agar mereka senang. Remaja dengan orang tua permisif cenderung seenaknya sendiri, kurang bertanggung jawab, manja dan kurang berfikir dalam bertindak karena remaja tidak diberi bimbingan. Pola-pola perlakuan orangtua saat berinteraksi dengan anaknya dengan memberikan

kelonggaran atau kebebasan kepada anaknya tanpa kontrol atau pengawasan yang ketat dapat membentuk anak menjadi lebih permissive.

Menurut Mangunhardjana ( 1997:181) istilah permissive berasal dari bahasa Inggris, yang berarti serba membolehkan, suka mengijinkan. Sesuai dengan arti kata asalnya, permissivisme merupakan sikap dan pandangan yang membolehkan dan mengijinkan segala-galanya. Lebih lanjut Hurlock (2010 : 93) berpendapat bahwa sikap permisif adalah pola perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman. Permisivisme adalah pengijinan, serba membolehkan, suatu sikap di pihak otoritas atau yang berwenang yang membolehkan adanya kebebasan atau ruang gerak yang besar bagi subjek yang tunduk kepada otoritas tadi untuk memilih (Chaplin 2008:361). Sikap permisif, bila dilihat sekilas memang menyenangkan karena sikap ini memberi kebebasan yang seluas-luasnya pada remaja, namun akibat dari sikap yang permisif ini menjadikan remaja mengekspresikan keinginannya tanpa mempertimbangkan efek dari perilakunya.

Kesimpulan beberapa penulis di atas, yaitu bahwa permissivisme

merupakan sikap dan pandangan yang membolehkan, menyetujui secara sosial dan mengijinkan segala-galanya tanpa adanya hukuman.

2.3.2 Kelemahan Permisivisme

Banyak alasan orang menjadi permisif , ada yang karena mentalnya cacat dan terbelakang sampai tidak mampu mengenal dan memahami hukum dan peraturan sesuai norma. Ada pula yang bersikap permisif karena keengganan belaka, sehingga orang menjadi permisif tanpa alasan atau hanya karena

mengikuti orang lain di sekitarnya. Orang yang permisivisme memberi kesan hidup yang bebas , mereka dapat melakukan hal-hal yang tidak dilakukan orang lain. Meskipun ada kesan baik dari orang yang permisif, permisivisme juga memiliki beberapa kelemahan dari kesan baik yang ada. Menurut Mangunhardjana (1997:183), permisivisme mengandung beberapa kelemahan, yaitu :

1. Secara praktis, hidup ala permisivistis tidak mungkin dilaksanakan secara konsekuen karena dalam bidang hidup apapun dan dimanapun diatas bumi ini, meski minimal, ada hukum dan peraturan etisnya.

2. Hidup permisivistis merugikan diri sendiri, sesama dan masyarakat.

3. Secara prinsipil, hidup permisivistis etis tidak dapat diterima. Tidak ada orang atau masyarakat yang hidup tanpa nilai etis. Karena manusia bukan lagi makhluk rohani-spiritual yang mampu berpikir dan terdorong dari dalam untuk mengejar nilai.

Permisivisme etis sepintas menyajikan hidup yang enak. Pada saat tertentu, selama jangka waktu tertentu, dalam perkara tertentu, dengan orang tertentu, dan dalam situasi tertentu, sikap, perilaku, perbuatan permisivistis ada tempatnya dan dapat diterima (Mangunhardjana, 1997:184).

2.4 Sikap

2.4.1 Pengertian Sikap

Menurut Herbert Spencer (dalam Azwar, 1995:3) istilah sikap (attitude) diartikan sebagai status mental seseorang. Sikap diartikan sebagai pandangan atau

perasaan terhadap suatu objek disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan objek yang di lihat (Gerungan, 2009:160).

Menurut Harvey dan Smith (dalam Ahmadi, 2007:150) sikap adalah suatu kesiapan merespon secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi. Sikap merupakan hasil pembelajaran dan sifatnya tidak menetap Walgito (2003).

Banyak pengertian tentang sikap, namun dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan sikap adalah pandangan atau perasaan terhadap suatu objek dalam merespon secara konsisten positif atau negatifnya objek dalam suatu situasi.

2.4.2 Pembentukan Sikap

Sikap terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Dalam interaksi sosialnya, individu akan bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Menurut Azwar (1995:30) pembentukan sikap dipengaruhi oleh:

1. Pengalaman pribadi. Pengalaman individu terhadap stimulus sosial tertentu akan mempengaruhi sikap terhadap stimulus tersebut. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman peribadi tersebut haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Oleh sebab itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Individu cenderung untuk memiliki sikap konformis atau searah dengan orang yang dianggapnya

penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut

3. Pengaruh kebudayaan. Kebudayaan dimana individu hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Skinner (dalam Azwar, 1995) sangat menekankan pengaruh lingkungan termasuk kebudayaan, dalam membentuk pribadi seseorang. Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis sikap individu terhadap berbagai masalah

4. Media Massa. Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan individu. Media massa membawa pesan-pesan sugestif yang dapat mengarahkan opini individu. Pesan-pesan tersebut memberikan informasi yang akan menjadi landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Bila cukup kuat, maka akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuk arah sikap tertentu.

5. Lembaga pendidikan atau lembaga agama. Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah

mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap suatu hal.

6. Pengaruh faktor emosional. Suatu bentuk pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang persisten dan bertahan lama.

2.4.3 Struktur Sikap

Menurut Baron dan Byrne ( dalam Walgito, 2003:127 ) menyebutkan bahwa pada hakekatnya sikap mengandung tiga komponen, yaitu :

1. Komponen kognitif ( komponen perseprtual ), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.

2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif. 3. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu

komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

2.4.4 Perubahan Sikap

Menurut Ahmadi (2007:157) perubahan sikap disebabkan oleh 2 faktor, yaitu:

1. Faktor Intern

Faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa

selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Pengaruh dari luar itu biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap di dalam diri individu, terutama yang menjadi minat dan perhatiannya.

2. Faktor Ekstern

Faktor yang terdapat diluar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok.

Menurut Walgito (1999:135) sikap terbentuk dalam perkembangan individu, karenanya faktor pengalaman individu mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka pembentukan sikap individu yang bersangkutan. Secara garis besar pembentukan atau perubahan sikap ditentukan oleh dua faktor, yaitu : 1. Faktor individu itu sendiri atau factor dari dalam

Bahwa apa yang datang dari luar tidak semuanya begitu saja diterima, tetapi individu mengadakan seleksi mana yang akan diterima, dan mana yang akan ditolak. Hal ini berkaitan erat dengan apa yang telah ada dalam diri individu dalam menanggapi pengaruh dari luar. Ini akan menentukan apakah sesuatu dari luar itu dapat diterima atau tidak, karena itu faktor individu justru merupakan faktor penentu.

2. Faktor luar atau faktor intern

Yang dimaksud faktor dari luar adalah hal-hal atau keadaan yang ada di luar diri individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap. Dalam hal ini dapat terjadi dengan langsung, dalam arti adanya hubungan secara langsung antara individu dengan individu lain, antara individu dengan kelompok atau antara kelompok dengan kelompok. Dapat secara tidak langsung, yaitu dengan perantara alat-alat komunikasi, misal media massa baik elektronik maupun non-elektronik.

Dua tokoh diatas memaparkan hal yang sama, perubahan sikap terbentuk dari dua faktor, yaitu faktor dari luar dan faktor dari dalam.

Top Articles
Latest Posts
Article information

Author: Manual Maggio

Last Updated: 03/06/2023

Views: 6068

Rating: 4.9 / 5 (49 voted)

Reviews: 88% of readers found this page helpful

Author information

Name: Manual Maggio

Birthday: 1998-01-20

Address: 359 Kelvin Stream, Lake Eldonview, MT 33517-1242

Phone: +577037762465

Job: Product Hospitality Supervisor

Hobby: Gardening, Web surfing, Video gaming, Amateur radio, Flag Football, Reading, Table tennis

Introduction: My name is Manual Maggio, I am a thankful, tender, adventurous, delightful, fantastic, proud, graceful person who loves writing and wants to share my knowledge and understanding with you.